Skip to content

Apa pesan dari ‘Al-Kitab’ – Buku?

Al Kitab secara harfiah berarti ‘Buku’. Alkitab adalah tulisan pertama dalam sejarah yang dimasukkan ke dalam bentuk buku yang kita lihat hari ini. Alkitab adalah buku klasik dunia yang memasukkan dalam cakupannya semua orang dan bangsa di bumi. Dengan demikian, buku yang luar biasa ini telah diterjemahkan ke dalam hampir semua bahasa di bumi. Alkitab telah memiliki pengaruh besar terhadap banyak bangsa, dan merupakan buku yang paling banyak dibaca di planet ini. Namun buku ini juga merupakan buku yang panjang, dengan cerita yang kompleks. Begitu banyak dari kita yang tidak tahu atau mengerti tema buku ini. Artikel ini akan mengambil satu kalimat dari buku Alkitab untuk menjelaskan kisah buku klasik ini – karya Nabi Isa Al-Masih (AS).

Alkitab diberikan untuk mengatasi masalah nyata di masa depan kita. Masalah ini dijelaskan dalam Surat al-Mujadila [58] dalam mencari Hari Penghakiman yang akan datang

Pada hari itu mereka dibangkitkan Allah, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah menghitungnya (semua amal perbuatan itu), meskipun mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.

Surat al-Mujadila 58: 6-7

Surat al-Mujadila memberi tahu kita bahwa tidak mungkin Allah tidak tahu tentang kita, dan dia akan menggunakan pengetahuan ini untuk menghakimi kita.

Surat al-Qiyamah [75] mengatakan hari ini ‘Hari Kebangkitan’ dan juga memperingatkan bagaimana manusia akan dibawa ke depan untuk mempertanggungjawabkan hidupnya.

pada hari itu manusia berkata, “Ke mana tempat lari?”Tidak! Tidak ada tempat berlindung!Hanya kepada Tuhanmu tempat kembali pada hari itu.Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.Bahkan manusia menjadi saksi atas dirinya sendiri,dan meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.

Surat al-Qiyamah 75: 10-15

Jadi apa yang kita lakukan jika ada niat dan tindakan dalam hidup kita yang membuat kita merasa malu? Pesan Alkitab adalah untuk mereka yang membawa keprihatinan ini.

Pesan Buku

Kita telah membahas minggu terakhir nabi Isa Al-Masih AS. Injil mencatat bahwa ia disalibkan pada Hari 6 – Jumat Agung, dan ia dibangkitkan kembali pada hari Minggu berikutnya. Ini diramalkan baik dalam Taurat dan Mazmur dan para Nabi. Tetapi mengapa ini terjadi dan apa artinya bagi Anda dan saya hari ini? Di sini kita berusaha memahami apa yang ditawarkan oleh Nabi Isa al Masih, dan bagaimana kita dapat menerima belas kasihan dan pengampunan. Ini akan membantu kita bahkan memahami tebusan Ibrahim yang dijelaskan dalam Surat As-Saffat [37], Surat al Fatihah [1] ketika meminta kepada Allah untuk ‘menunjukkan kita ke Jalan Yang Lurus’, serta memahami mengapa ‘Muslim’ berarti ‘orang yang berserah diri’, dan mengapa ketaatan beragama seperti berwudhu, zakat dan makan makanan yang halal adalah baik tetapi tidak mencukupi untuk Hari Penghakiman.

Berita Buruk – apa yang para nabi katakan tentang hubungan kita dengan Allah

Taurat mengajarkan bahwa ketika Allan menciptakan manusia Dia


27 Maka, Allah menciptakan manusia menurut citra-Nya. Menurut citra-Nya, Allah menciptakan manusia, laki-laki dan perempuan.

(Kejadian 1:27)

“Gambar” tidak dimaksudkan dalam arti fisik, melainkan bahwa kita dibuat untuk mencerminkan Dia dalam cara kita berfungsi secara emosional, mental, sosial dan spiritual. Kita diciptakan untuk berada dalam hubungan dengan-Nya. Kita dapat menggambarkan hubungan ini di slide di bawah ini. Sang Pencipta, sebagai penguasa tanpa batas, ditempatkan di bagian atas sementara pria dan wanita ditempatkan di bagian bawah slide karena kita adalah makhluk yang terbatas. Hubungan ditunjukkan oleh panah penghubung.

 

Diciptakan dalam gambar-Nya, manusia diciptakan untuk berhubungan dengan Sang Pencipta

 

Allah itu sempurna dalam karakter – Dia Maha Suci. Karena hal ini Zabur berkata

5 Engkau bukanlah Tuhan yang berkenan akan kefasikan.
Orang jahat tidak dapat tinggal di hadirat-Mu.

(Zabur 5: 5)

Adam melakukan satu perbuatan ketidaktaatan – hanya satu – dan Kesucian Allah menuntutnya untuk menghakimi. Taurat dan Al Qur’an mencatat bahwa Allah menjadikannya manusia dan mengusirnya dari hadhirat-Nya. Situasi yang sama ada untuk kita. Ketika kita berbuat dosa atau tidak taat dengan cara apa pun kita tidak menghormati Allah karena kita tidak bertindak sesuai dengan gambaran kita yang diciptakan. Hubungan kita terputus. Ini menghasilkan penghalang sekokoh dinding batu diantara kita dan Sang Pencipta.

 

Dosa kita menciptakan penghalang yang kuat antara kita dan Allah yang Maha Suci

Menusuk Penghalang Dosa dengan Keta’atan Keagamaan

Banyak dari kita mencoba untuk menembus penghalang antara kita dan Allah ini dengan perbuatan keagamaan atau pekerjaan yang menghasilkan cukup banyak kepatutan untuk menghancurkan penghalang itu. Doa, puasa, haji, pergi ke masjid, zakat, sedekah adalah cara-cara yang kita upayakan untuk mendapatkan pahala untuk menembus penghalang seperti digambarkan berikut. Harapannya adalah pahala keagamaan akan menghapuskan beberapa dosa. Jika banyak perbuatan kita menghasilkan pahala yang cukup, kita berharap untuk menghapuskan semua dosa kita dan menerima belas kasihan dan pengampunan.

 

Kita mencoba untuk menembus penghalang ini dengan melakukan perbuatan baik untuk mendapatkan pahala di hadapan Allah

Tetapi berapa banyak pahala yang kita butuhkan untuk menghapuskan dosa? Apa jaminan kita bahwa perbuatan baik kita akan cukup untuk menghapuskan dosa dan menembus penghalang yang telah terjadi di antara kita dan Sang Pencipta? Apakah kita tahu jika upaya kita untuk niat baik akan cukup? Kita tidak memiliki jaminan dan karenanya kita berusaha melakukan sebanyak yang kita bisa dan berharap itu akan cukup pada Hari Penghakiman.

Bersamaan dengan perbuatan untuk mendapatkan pahala, upaya-upaya untuk niat baik, banyak dari kita bekerja keras untuk tetap bersih. Kita rajin melakukan wudhu sebelum shalat. Kita bekerja keras untuk menjauh dari orang-orang, perbuatan-perbuatan dan makanan yang membuat kita tidak bersih. Tetapi nabi Yesaya mengungkapkan bahwa:

6 Kami semua seperti orang najis,
dan segala kebenaran kami seperti kain cemar.
Kami semua layu seperti daun,
dan kesalahan-kesalahan kami menerbangkan kami
seperti angin.

(Yesaya 64: 6)

Nabi memberi tahu kita bahwa bahkan jika kita menghindari segala sesuatu yang membuat kita tidak suci, dosa-dosa kita akan membuat ‘tindakan benar’ kita sama tidak bergunanya dengan ‘kain kotor’ dalam membuat kita bersih. Itu berita buruk. Dan bertambah buruk.

Berita Lebih Buruk: kekuatan Dosa dan Kematian

Nabi Musa AS dengan jelas menetapkan standar dalam Hukum bahwa kepatuhan total diperlukan. Hukum tidak pernah mengatakan sesuatu seperti “upaya untuk mengikuti sebagian besar perintah”. Kenyataannya Hukum berulang kali menyatakan bahwa satu-satunya pekerjaan yang menjamin penebusan dosa adalah kematian. Kita lihat pada masa Nuh AS dan bahkan dengan istri Lut AS bahwa kematian dihasilkan dari dosa.

Injil merangkum kebenaran ini dengan cara berikut:

Karena upah dosa adalah maut…(Rum 6:23)

“Kematian” secara harfiah berarti ‘pemisahan’. Ketika jiwa kita terpisah dari tubuh kita, kita mati secara fisik. Demikian pula kita sekarang bahkan terpisah dari Allah secara rohani dan mati serta najis di hadapan-Nya.

Ini mengungkapkan masalah dari harapan kita dalam mendapatkan jasa untuk menebus dosa. Masalahnya adalah bahwa upaya keras, pahala, niat baik, dan perbuatan kita, meskipun tidak salah, tidak cukup karena pembayaran yang diperlukan (‘upah’) untuk dosa-dosa kita adalah ‘kematian’. Hanya kematian yang akan menembus tembok ini karena itu memenuhi keadilan Tuhan. Upaya kita untuk mendapatkan pahala seperti mencoba menyembuhkan kanker (yang berakibat kematian) dengan makan makanan halal. Makan makanan halal itu tidak buruk, itu baik – dan seharusnya makan makanan yang halal – tetapi itu tidak akan menyembuhkan kanker. Untuk kanker Anda membutuhkan perawatan yang sama sekali berbeda yaitu yang mematikan sel kanker.

Jadi, bahkan dalam upaya dan niat baik kita untuk menghasilkan keta’atan keagamaan kita sebenarnya mati dan najis sebagai mayat di hadapan Sang Pencipta.

 

Dosa kita menghasilkan kematian – Kita seperti mayat yang najis di hadapan Allah

Ibrahim – menunjukkan Jalan Yang Lurus

Lain halnya dengan Nabi Ibrahim AS. Dia ‘dianggap sebagai kebenaran’, bukan karena jasa-jasanya tetapi karena dia percaya dan percaya janji kepadanya. Dia memercayai Tuhan untuk memenuhi penebusan yang diminta, daripada menghasilkan untuk dirinya sendiri. Kita lihat dalam pengorbanannya yang besar bahwa kematian (penebusan dosa) dibayarkan, tetapi bukan oleh putranya melainkan oleh seekor domba yang disediakan oleh Allah.

 

Ibrahim ditunjukkan Jalan Lurus – Dia hanya mempercayai Janji Tuhan dan Tuhan Menyediakan pembayaran kematian untuk dosa

Al-Quran berbicara tentang ini dalam Surat As-Saffat [37] di mana dikatakan:

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,”Selamat sejahtera bagi Ibrahim.”

Surat As-Saffat37: 107-109

Allah ‘menebus’ (membayar harga) dan Ibrahim menerima berkah, rahmat dan pengampunan, termasuk ‘kedamaian’.

Kabar Baik: Karya Isa al Masih atas nama kita

Teladan dari nabi ada di sana untuk menunjukkan kepada kita Jalan Lurus sesuai dengan permintaan Surat Al-Fatihah [1 – Pembukaan]

Pemilik hari pembalasan.Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.Tunjukilah kami jalan yang lurus(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Surat al-Fatihah 1: 4-7

Injil menjelaskan bahwa ini adalah gambaran untuk menunjukkan bagaimana Allah akan menebus dosa dan menyediakan obat untuk kematian dan kenajisan dengan cara yang sederhana namun kuat.

23 Karena upah dosa adalah maut, tetapi karunia Allah adalah hidup yang kekal dalam Isa Al-Masih, Junjungan kita Yang Ilahi.

(Roma 6:23)

Sejauh ini semuanya merupakan ‘berita buruk’. Tetapi ‘injil’ secara harfiah berarti ‘kabar baik’ dan dalam menyatakan bahwa pengorbanan kematian Isa sudah cukup untuk menembus penghalang antara kita dan Tuhan, kita dapat melihat mengapa itu adalah kabar baik seperti yang ditunjukkan.

 

Pengorbanan Isa al Masih – anak domba Allah – melakukan pembayaran mati terhadap dosa atas nama kita seperti yang dilakukan dalam dombanya Ibrahim.

Nabi Isa al Masih dikorbankan dan kemudian bangkit dari kematian sebagai buah sulung sehingga ia sekarang menawarkan kepada kita kehidupan barunya. Kita tidak perlu lagi menjadi tahanan atas kematian dosa.

 

Kebangkitan Isa al Masih adalah ‘buah sulung’. Kita dapat dibebaskan dari kematian dan menerima kehidupan kebangkitan yang sama.

Dalam pengrobanan dan kebangkitannya, Isa al Masih menjadi gerbang yang menerobos penghalang dosa yang memisahkan kita dari Allah. Inilah sebabnya nabi berkata:

9 Akulah pintu. Jika seseorang masuk melalui Aku, ia akan selamat dan akan keluar masuk serta mendapatkan makanan.

10 Pencuri datang hanya untuk mencuri, membunuh, dan membinasakan. Sebaliknya, Aku datang dengan maksud supaya domba-domba itu mempunyai hidup, dan mempunyainya berlimpah-limpah.

(Yahya 10:9-10)

 

Dengan demikian Isa al Masih adalah Gerbang yang menerobos penghalang dosa dan kematian

Karena gerbang ini, kita sekarang dapat memperoleh kembali hubungan yang kita miliki dengan Sang Pencipta sebelum dosa kita menjadi penghalang dan kita dapat diyakinkan menerima kemurahan dan pengampunan atas dosa-dosa kita.

 

Dengan Gerbang terbuka kita sekarang dipulihkan dalam Hubungan dengan Sanf Pencipta

Seperti yang dinyatakan Injil:

5 Sebab, hanya ada satu Tuhan dan satu Pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Isa Al-Masih,

6 yang telah menyerahkan diri-Nya menjadi tebusan bagi semua orang. Kesaksian itu dinyatakan pada saat yang tepat,

(1 Timotius 2: 5-6)

Karunia Tuhan untuk Anda

Nabi ‘memberikan dirinya sendiri’ untuk ‘semua orang’. Jadi ini pasti termasuk Anda dan juga saya. Melalui kematian dan kebangkitannya, dia telah membayar harganya untuk menjadi ‘penengah’ dan memberi kita kehidupan. Bagaimana kehidupan ini diberikan?

23 Karena upah dosa adalah maut, tetapi karunia Allah adalah hidup yang kekal dalam Isa Al-Masih, Junjungan kita Yang Ilahi.

(Rum 6:23)

Perhatikan bagaimana itu diberikan kepada kita. Ini ditawarkan sebagai sebuah… ‘hadiah‘. Pikirkan tentang hadiah. Tidak peduli apa hadiahnya, jika itu benar-benar sebuah hadiah, itu adalah sesuatu yang tidak Anda usahakan dan tidak dapatkan berdasarkan prestasi. Jika Anda mengusahakan untuk mendapatkannya hadiah tidak akan lagi menjadi hadiah – itu akan menjadi upah! Dengan cara yang sama Anda tidak bisa mengusahakan untuk mendapatkan pengorbanan Isa al Masih. Itu diberikan kepada Anda sebagai hadiah. Sesederhana itu.

Dan apa hadiahnya? Itu adalah ‘kehidupan abadi’. Itu berarti bahwa dosa yang membuat Anda dan saya mati sekarang sudah ditebus. Tuhan sangat mencintai Anda dan saya. Ini sangatlah kuat.

Jadi bagaimana Anda dan saya mendapatkan kehidupan kekal? Sekali lagi, pikirkan hadiah-hadiah. Jika seseorang ingin memberi Anda hadiah, Anda harus ‘menerimanya’. Kapan saja hadiah ditawarkan, hanya ada dua pilihan. Entah hadiah ditolak (“Tidak, terima kasih”) atau diterima (“Terima kasih atas hadiah Anda. Saya akan menerimanya”). Begitu juga hadiah ini harus diterima. Tidak bisa secara mental dipercaya, dipelajari atau dipahami. Agar bermanfaat, hadiah apa pun yang ditawarkan kepada Anda harus ‘diterima’.

12 Tetapi, orang-orang yang menerima-Nya diberi-Nya hak untuk menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya kepada nama-Nya.

13 Kelahiran mereka bukan dari darah, bukan dari keinginan daging, dan bukan dari keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.

(Yahya 1: 12-13)

Faktanya, Injil mengatakan tentang Tuhan itu

3 Hal yang demikian itu baik dan berkenan kepada Allah, Penyelamat kita.

4 Ia menghendaki supaya semua orang memperoleh keselamatan serta dapat mengenal kebenaran.

(1 Timotius 2: 3-4)

Dia adalah seorang Juru Selamat dan keinginan-Nya adalah agar ‘semua orang’ menerima hadiahnya dan diselamatkan dari dosa dan kematian. Jika ini adalah kehendak-Nya, maka untuk menerima hadiahnya hanya akan berserah pada kehendak-Nya – makna dari kata ‘Muslim’ – orang yang berserah diri.

Bagaimana kita menerima hadiah ini? Injil mengatakan itu

12 karena tidak ada pembedaan antara bani Israil dengan orang-orang Yunani. Allah yang sama jugalah yang menjadi Tuhan atas semuanya. Ia sangat bermurah hati kepada semua orang yang berseru kepada-Nya,

(Rum 10:12)

Perhatikan bahwa janji ini adalah untuk ‘semua orang’. Sejak dia bangkit dari kematian, Isa Al-Masih masih hidup sampai sekarang. Jadi jika Anda memanggilnya dia akan mendengar dan memberikan hadiahnya kepada Anda. Anda memanggilnya dan bertanya kepadanya. Mungkin Anda belum pernah melakukan ini. Di bawah ini adalah panduan yang dapat membantu Anda. Itu bukan mantra sihir. Bukan kata-kata khusus yang memberi kekuatan. Ini adalah kepercayaan seperti yang dimiliki Ibrahim yang kita tempatkan di Isa al Masih untuk memberi kita hadiah ini. Saat kita percaya padanya, Dia akan mendengarkan kita dan menjawab. Injil itu kuat, namun juga sangat sederhana. Jangan ragu untuk mengikuti panduan ini jika Anda merasa terbantu.

Nabi dan Tuhan terkasih Isa Al-Masih. Saya mengerti bahwa dengan dosa-dosa saya saya terpisah dari Allah Sang Pencipta. Meskipun saya bisa berusaha keras, usaha saya tidak menembus penghalang ini. Tetapi saya mengerti bahwa kematian Anda adalah pengorbanan untuk membasuh semua dosa saya dan membuat saya bersih. Saya tahu bahwa Anda bangkit dari kematian setelah pengorbanan Anda, jadi saya percaya bahwa pengorbanan Anda sudah cukup dan saya tunduk kepada Anda. Saya meminta Anda untuk membersihkan saya dari dosa-dosa saya dan menengahi dengan Pencipta saya sehingga saya dapat memiliki kehidupan yang kekal. Terima kasih, Isa the Masih, untuk melakukan semua ini untukku dan maukah kamu sekarang terus membimbingku dalam hidupku sehingga aku dapat mengikuti kamu sebagai Tuhanku.

Atas nama Tuhan, Maha Penyayang